...

Selasa, 22 Desember 2009

Triangle (part1)


--triangle--
11.30 17 Dec 2009 (Author’s eye)
Risna adalah pendatang baru di Bandung. Ia baru berumur 13 tahun dan duduk di kelas 8. Suatu hari, ia berjalan-jalan dan menemukan rumah unik yang bertuliskan ‘library’. Tanpa babibu lagi Risna memasuki rumah tersebut..
Suasana hening sejenak di perpus itu ketika Risna memasukinya.
“Hello” sapa Risna. “Hai, ada yang bisa kubantu? Nona Manis..“ sapa petugas perpustakaan itu sambil mencatat – catat sesuatu. “Ya, aku ingin mencari buku ilmu perbintangan. Dimana aku bisa menemukan cara mengamati bintang“ pinta Risna. “Baiklah,“ petugas perpustakaan itu masih saja mencatat – catat sesuatu. “Radith, kemari“ panggil petugas itu. Lalu muncullah anak muda yang kira – kira lebih muda beberapa tahun dari petugas itu. “Dith, tolong carikan Nona Manis ini rak yang berisi buku – buku astronomi“ pinta petugas perpustakaan tanpa mengalihkan perhatiannya dari catatannya. “Baiklah. Mari, Nona Manis“ pemuda yang bernama Radith itu merih tangan Risna dan menuntun Risna ke sebuah tempat..
11.35 17 Dec 2009 (Risna’s eye)
Pemuda yang bernama Radith itu menuntun ku ke sebuah rak yang ku nanti – nanti. Sebuah rak yang cukup tinggi, melebihi tinggi badanku, dan berisi buku – buku yang bermanfaat. “Nah, ini lah yang dinamakan rak ‘bintang’. Kau bisa menemukan berbagai macam buku berisi astronomi, astrologi, atau segala hal yang berhubungan dengan bintang di langit. Kalau perlu bantuan, aku berada di sana, nona manis” Radith menunjuk rak seberang yang berisi komik – komik. Ia berjalan menuju rak tersebut meninggalkanku sendiri. “Hey!” ucapku setengah berteriak. “Nama ku bukan Nona Manis! Namaku Risna!” Lama – lama aku geram melihat tingkah pemuda – pemuda ini. “Baiklah, Risna. Namaku Radith” sahut Radith menatapku sambil tersenyum jahil. Astaga, sungguh tampan sekali orang ini. Senyum jahilnya mengingatkanku pada Dika, teman masa kecilku yang pindah ke Bandung beberapa tahun lalu. But, it’s was a long time. Sudahlah, tak usah ku fikirkan. Lebih baik ku cari saja buku yang ku inginkan. Mungkin beratus - ratus buku berjudul ‘bintang – bintang’, ‘astronomi’, ‘mengamati bintang’ dan lain – lain tersusun rapih di rak itu. Mataku menjelajahi rentetan buku. That’s it. Buku yang gue pengen terletak di rak yang paling atas. Tubuh tinggiku sepertinya tidak sanggup untuk menjangkaunya. Dengan pedenya, aku lompat – lompat berusaha menjangkau buku tersebut. “Never give up…!!” batinku. Ya! Akhirnya gue dapat meraih buku itu. Tapi.kok.ada.yang.janggal.ya? Dengan mata tertutup, ku tarik buku kuat – kuat. “Bruk” seperti suara buku berjatuhan, fikirku. Perasaan gue doang, kali ya. Saat aku membuka mata, like a prince, Radith merangkulku untuk melindungi dari buku yang berjatuhan. O em ji. Sempat ku perhatikan, wajah Radith dengan mata tertutup untuk mengurangi rasa sakit tertimpa buku – buku tua. “Kalo ngambil buku hati – hati dong! Gimana sih..! Tugas gue jadi banyak, tau!” maki Radith sambil memunguti buku satu persatu. Aku tak sanggup menahan bendungan air mata. Tes, tes air mataku berlinangan. Aku hanya bisa menunduk.
11.45 17 Dec 2009 (Radith’s eye)
Air mata Risna berjatuhan. “Duh, panjang cerita nih” batinku. Risna pun membantuku memunguti buku – buku dan merapihkannya. Emosi yang tak terkendali, jadi mengingatkanku sama Ina kecil yang cengeng. Sahabat kecilku saat di Jakarta. Entah dimana ia sekarang. Uh….i miss you so. “Maaf” ujar Risna lirih. Aku terdiam. Entah apa yang harus kulakukan. Gue gak lihai menghadapi situasi – situasi yang kayak gini. “Radith..Radith. Belom apa – apa udah bikin nangis orang. Bisa – bisa gue pecat loe dari sini…” Suara kak Bima mengagetkanku. Tiba – tiba terdengar isak tangis Risna yang lebih kejer . “Kak, gimana, nih……” bisikku sambil terus merapihkan buku – buku yang berjatuhan. “Bima” ucap kak Bima sambil menjulurkan tangannya. Namun Risna masih larut dalam isak nya. “Ris,..” aku menyolek Risna. “Maaf, Risna” Risna menjabat tangan kak Bima. Risna mendongak. Dan, terlihatlah wajah polos Risna sehabis menangis. Semenit, dua menit. Tapi kak Bima tak melepaskan jabatannya. Saat ku lihat muka kak Bima, ia sedang terperangah melihat Risna. “Oi, udeh.” ucapku sambil memukul tangan kak Bima. “Hehe. Sorry “ kak Bima telah melepaskan tangannya, namun tak juga beranjak dari sini. Aku pun terpaksa mendorong kak Bima yang masih terperangah melihat wajah Risna ke meja depan. Sekembalinya dari depan, aku melihat Risna sedang tertawa.
11.53 17 Dec 2009 (Risna’s eye)
Kak Bima masih memandangiku. Sinting. Setelah ini, apalagi? Radith akhirnya memaksa kak Bima untuk kembali menjaga meja perpustakaan. Sekembalinya Radith dari meja depan, aku hanya bisa tertawa mengenang kejadian beberapa menit yang lalu. “Kenapa, sih? Ada yang aneh denganku?” tanya Radith keheranan. Aku pun memandang Radith. Perfect. Seragam putih abu- abu dengan kancing terbuka satu, membiarkan kausnya terlihat dan baju di keluarkan. “Gak ada” aku masih cekikikan sendiri mengingat cara kak Bima berkenalan denganku.
* * *
15.00 17 Dec 2009 (Risna’s eye)
Sambil membereskan kamar bersama mama, aku berusaha menceritakan kejadian tadi pagi ke mama. “Mah, tadi aku nemu perpustakaan, penjaga perpustakaannya lucu deh ma” ucapku sambil memasukkan pakaian – pakaian ke dalam lemari. “Masa? Maksudnya lucu kayak badut apa yang laen ni..” sahut mama yang sepertinya ogah – ogahan mendengarkan ceritaku. “Ih..ya lucu gitu. Bikin aku ketawa” ujarku yang masih merapihkan lemari. “Udah gitu kan ada adiknya, bantuin kakaknya jagain perpustakaan miri……….p banget sama Dika. Tampangnya tampang orang iseng” lanjutku. “Ooh…ya tanya aja ama orang itu, kamu Dika, ya? Gitu aja kok repot” Mama menanggapinya dengan ogah – ogahan. Emang susah kalo punya ibu kurang pengertian. “Ya udah deh. Besok aku tanya” sahutku yang jadi malas menceritakan ini kepada Mama.
06.30 18 Dec 2009 (Risna’s eye)
Pagi itu aku sudah berada di sekolah baruku. Sambil menunggu bel masuk, aku melihat – lihat pemandangan dari lantai atas Ku lihat gedung yang hampir sama di sebelah gedung sekolah ku. Itu gedung SMA? fikirku. Ah, mugnkin nanti aku bisa bertanya kepada teman sebangku ku, atau yang lain. Mengingat Radith kemarin menggunakan celana abu – abu. Akhirnya, bel masuk berdering berbarengan dengan bel masuk gedung sebelah.

--bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar