Kadang, gue suka bikin puisi, kalo perasaan gue entah itu marah, sedih, seneng, pas puncaknya banget. Sama kayak yang ini.
Aku tak tahu ini apa
Tiba - tiba saja aku merasa lemas
Mungkin karena aku lelah
Menghadapi semua ini
Aku tak tahu harus ingat siapa
Saat aku merasa letih seperti ini
Saat aku terus berusaha 'tuk menjadi yang terbaik
Dan ketika tak ada satu pun yang menghargainya
Aku tahu aku tak boleh menyerah
Aku juga tahu aku tak boleh mengenal kata lelah
Tapi apa yang kurasakan ini?!
Jika bukan bernama lelah..
Sekali lagi, ini bukan tulisan 'bersinar' seperti tulisan Chairil Anwar atau Kahlil Gibran. Aku menulisnya pada saat benar - benar capek, dan butuh istirahat dari semua masalah untuk sementara waktu. Juga ketika, gue udah berikan yang terbaik, tapi gak di 'lirik'...
Hmm, gue rasa gue mau ngomongin yang lain. Gue tuh gak tahu apa yang ada di dalam fikiran dia, tapi yang pasti, gue gak pernah directly percaya sama sepatah kata yang dia katakan. Abisnya, terlalu banyak kebusukan yang dia sangkal. Hampir miriplah sama Mischa di Cinta Fitri. Suka memutar balikkan fakta, padahal udah jelas dia yang salah. Gue sih kasihan sama pacar, suami, anak, sahabat dia. Tersiksa, kali ya.. Dan sekarang, gue hampir nyesel punya temen kayak dia.
Quote of the day : Sedalam - dalam lautan bisa di ukur. Tapi dalamnya hati manusia, siapa yang tahu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar