...

Minggu, 16 Mei 2010

Kado Ulang Tahun

Re sedang termenung di teras rumahnya. Berharap semua akan kembali seperti dulu. Re memadangi pagar kecil itu, berdoa sebuah keajaiban datang.
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam" Deg! Nafas Re terhenti. Benar saja, keajaiban datang tepat waktu.
"Boleh masuk gak?"
"B-bb boleh , boleh!" Re seraya membukakan pagar. Dan, mencium tangan guru les pianonya itu selayaknya orang tua. "Silahkan duduk kak"
"Lagi apa Re?" tanya kak Adri sambil menaruh tasnya di meja.
"Lagi bengong aja, kak" Re menggaruk kepalanya, kikuk. Tumben - tumbennya kak Adri, guru les piano Re berkunjung ke rumah Re. Ini bukan hal biasa bagi Re. Karna, kak Adri bukan hanya sekedar guru les, tetapi ia pianis muda ternama yang rupawan wajahnya! Siapa, sih yang gak suka kak Adri?
"Ada angin apa kak dateng ke sini?" tanya Re.
"Gak ada. Emang gak boleh, ya?" kak Adri bangun dari duduknya, seolah ingin pergi lagi.
"Eeh, boleh kak! Boleh banget!" Berharap kak Adri duduk kembali dan menikmati waktunya.
Setelah beberapa saat, tak ada yang memulai pembicaraan..
"Kakak minum, ya?" kak Adri meminum es jeruk yang sudah setengah habis.
"Jangan kak! Re bikinin aja lagi! Itu mah bekas Re!"

Re lari ke dalam rumah. Ia memeras jeruk dengan tergesa - gesa. Apa daya, ketika Re baru saja ingin memberi kak Adri es jeruk, kak Adri sudah tidak ada di kursinya. Kak Adri meninggalkan sebuah kotak sedang berwarna hijau di atas meja. Re tidak tahu harus senang atau sedih. Senang karna mendapat hadiah di hari ulang tahunnya, atau sedih karna guru lesnya yang ganteng itu pergi. Re menebak-nebak apa isinya. Takut-takut berisi satu tinjuan, Re menjauhkan kotak itu dari mukanya dan membukanya. Taraa!! Ternyata hanya berisi secarik kertas.

"Temui kakak di rumah nomor 12"

Re segera membuka pagar dan berlari ke rumah nomor 12. Tak jauh dari situ, karna rumahnya sendiri bernomor 7. Re tiba di depan pagar rumah nomor 12. Tidak didapatinya kak Adri. Ia hanya menemukan komik 'miiko!' edisi terbaru. Sekali lagi, ia tidak tahu harus senang atau sedih. Karena ia mendapatkan komik kesukaannnya yang belum ia beli. Baru saja ia baca sampai halaman 5, Re menemukan tulisan tangan.

"Cepat, di 5. Jangan baca komik mulu"

Uuh. Dengan berlari kecil, Re tiba di rumah bernomor 5. Lagi - lagi Re harus kecewa. Tidak ada kak Adri di rumah nomor 5. Tapi kali ini ia tidak mendapatkan kotak atau komik. Re terduduk lemas. Sedih, bingung, dan kecewa bercampur aduk. Re memutuskan untuk ke kedai minuman yang berada di rumah nomor 1. Re berjalan dengan langkah gontai. Ketika tiba, bukannya bertanya "Mau pesan apa", penjual itu malah menyuruh Re. "Dek, sono ke rumah nomor 9, gih! Ditunggu orang, tuh!" kata sang penjual. "Ergh" erang Re. "Maunya kak Adri itu apa, sih?" Kali ini Re tidak mau berlari, namun Re masih menaruh harapan. Berharap ia dapat bertemu kak Adri dan teduh matanya yang dapat menghilangkan dahaga.

Re kebingungan. Yang mana yang harus ia pilih? Rumah 9a, atau rumah 9b? Re menghampiri rumah bernomor 9a. Dia mendapati sapu tangan berwarna biru dan bergambar pinguin. Re senang melihat sapu tangan lucu itu. Tak terasa, keringat mulai mengucur di dahinya. Tanpa babibu lagi, ia mengelap dahinya dengan sapu tangan itu. Re menemukan sebuah bordiran, "9b" di sudut sapu tangan tersebut. Ia menuju rumah yang tepat di samping rumah 9a. Lagi-lagi ia menemukan benda-benda aneh. Batu kerikil yang di susun menjadi angka 6. "ya Allah, sudahilah kebingungan dan kekecewaan yang larut ini" gumam Re. Dari tadi pagi, ayah maupun ibunya tidak memberikan ucapan selamat. Apalagi kado. Seolah mereka melupakan tanggal lahir anak tunggalnya. Sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Re tiba di depan rumah bernomor 6.

"Selamat ulang tahuuun!" kak Adri menyalami Re dan menyodorkan segelas es jeruk. "Kak Adri...!!!!!!" Re mencubit pipi guru lesnya itu. "Aah, sakitt" erang kak Adri sambil mengusap pipinya. "Kok di cubit, sih?" tanya kak Adri, heran. "Lagi..dari tadi aja, kek! Orang cuma di sebelah rumah, kok ampe kesana kemari. Ngerjain, ya!?" tanya Re sambil menyambar gelas kak Adri. "Hehe..tapi seru, kan? Tapi, kamu tahu artinya gak?" tannya kak Adri. Keduanya pun berjalan menuju rumah bernomor 7. "Enggak" Re meminum es jeruk itu sampai habis.

Re dan kak Adri duduk di tempatnya semula. "Emang apa artinya?" Re menyadari es jeruk yang di buatnya raib. "Jadi, itu.." Belum selesai kata-kata kak Adri, Re sudah memotong. "Kak, es jeruknya dari sini, ya?!" Tanya Re penasaran. "Mm..iya" senyum jahil kak Adri mengembang. Makin ganteng aja deh guru les Re yang satu ini. "Mau tau gak artinya?" tanya kak Adri sekali lagi. "Mau-mau" jawab Re bersemangat. "Itu tanggal lahir kamu. 12-5-1-9-9-6" kata kak Adri. "Kok kaka tahu Re bakal ke kedai minuman?" tanay Re, penasaran. "Kakak yakin kamu haus. Oia, ayo kita pergi" kak Adri segera menarik tangan Re. "Kemana?!" tanya Re, cemas. Walau begitu, ia tetap saja masuk ke swift putih kak Adri. Ketika keduanya berada di dalam, kaka Adri menjawab. "Kos-an kakak. Banyak cucian" Mobil swift putih itu melaju kencang bersama Re yang kesal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar